Thursday, October 14, 2010

Tipologi Masyarakat Spencer

Saleum,

Berikut ini adalah deskripsi masyarakat berdasarkan kerangka evolusi Spencer untuk memungkinkan dikaitkan dengan kondisi dan karakteristik masyarakat Indonesia, utamanya Aceh.

Spencer membangun tipologi masyarakat berdasarkan ciri-ciri militaris dan industrial. Kedua tipe itu digunakan sebagai ideal types atau konstruksi mental, di mana beberapa ciri atau kekhasan masyarakat dihimpun dan ditekankan secara konseptual belaka. Artinya, masyarakat itu diasumsikan hanya berbentuk militaris saja atau hanya industrial, dan dalam kenyataan tidak mesti demikian adanya.

Suatu tipologi dibuat berdasarkan ciri-ciri yag palling menonjol. Kata “militaris” dan kata “industri” menunjuk kepada suatu keadaan sosial yang diandaikan secara mental dan tidak dihubungkan dengan ciri-ciri lain. Tipologi tersebut dimaksudkan untuk menjangkau semua masyarakat yang pernah ada, mulai dari masyarakat headhunters yang bercorak militaris secara ekstrem sampai kepada masyarakat Eskimo yang terkenal mencintai damai.

Spencer berpendapat, bahwa kegiatan pokok suatau masyarakat mempengaruhi, bahkan menentukan corak semua pranatanya. Menurut hematnya, evolusi dari keadaanmilitaris ke arah industri terjadi di seluruh dunia, dan ummat manusia dilihatnya sebagai suatu keseluruhan yang sama (holisme).

Dalam masyarakat militaristis orang bersikap agresif. Mereka lebih suka merampas saja daripada bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kepemimpinan atas tipe masyarakat ini berada di tangan orang yang kuat dan mahir mempertahankan kekuasaannya dengan tangan besi, senjata, dan melalui takhayul. Oleh karena kekuatan fisik merupakan nilai budaya yang tinggi, maka kaum wanita mumpunyai status rendah. Mereka dipaksa untuk bekerja keras. Absolutisme kekuasaan pemimpin menyebabkan bahwa ketakutan meresapi semua lapisan masyarakat dan menjadi faktor yang paling menentukan dalam mengendalikan situasi. Dipengaruhi oleh ketakutan akan roh-roh, maka rakyat mulai menyembah para leluhur mereka. Kultur leluhurisme ini berevolusi menjadi politeisme, dan kemudian monoteisme. Jadi di dalam masyrakat militaristis ketakutan terhadap orang mati mendasari kekuasaan agama, sedang ketakutan terhadap orang hidup mendasari kekuasaan politik. Kerja sama antara anggota masyarakat berasal dari paksaan dan ketakutan. Perubahan-perubahan sosial yang sedikit penting tidak pernah terjadi karena adanya perubahan dalam struktur, melainkan selalu karena perubahan dalam kegiatan pokok masyarakat.

Masyarakat industri itu adalah masyarakat di mana kerja produktif dengan cara damai diutamakan di atas ekspedisi- ekspedisi perang. Spencer memakai kata “industri”, bukan untuk “teknologi” atau “rasionalisasi proses kerja”, melainkan dalam arti kerja sama spontan bebas demi tujuan damai. Ciri-cirinya adalah demokrasi, adanya kontrak kerja yang mengganti sistem budak, liberalisme dalam hal memilih agama, ada otonomi indiviu. Spencer berpendapat bahwa evolusi  masyarakat industri ada kaitannya dengan sel-sel kelamin manusia, yang sedikit demi sedikit mengalami perubahan dan peningkatan mutu. Ini disebut genetic determination. Faktor biologislah yangbersifat menentukan , sedang faktor kemauan manusia yang membudayakan dirinya (cultural determination) ditolak. Sampai di zaman sekarang masih ada serjana yang sependapat denganSpencer dan mengatakan, bahwa yang berkulit hitam mempunyai sel kelamin yang mutunya lebih rendah daripada orang kulit putih.

Menurut Spencer, kedua tipe masyarakat betentangan satu sama lain, dalam arti bahwa mereka saling menolak. Kelak pada waktunya proses industrialisasi akan melenyapkan perang dari muka bumi. Bangsa-bangsa akan saling bergantungan satu dari yang lain (mungkin globalisasi) sedemikian rupa, hingga perang tidak mungkin dan merupakan tindak bunuh diri. Konflik yang memakai kekerasan untuk menang, akan berubah menjadi persaingan di mana pihak yang paling cerdas menang. Absolutisme negara dan diktatur  orang kuat akan menjadi anakronisme. Kaum wanita akan beremansipasi. Kebebasan individu dan semangat untuk berdemokrasi akan menjadi nilai paling tinggi. Satu kali masyarakat industri dibentuk, manusia tidak akan berminat lagi tehadap agama, tetapi hanya akan berpikir tentang hidup di dunia ini.

Dalam bukunya The Man versus the State Spencer menarik beberapa kesimpulan dari tesisnya, bahwa masyararakat industri harus dilihat sebagai pembebasan manusia dari cengkeraman negara dan agama, yang kedua-duanya bersifat absolutis. Individu bermasyarakat dan bernegara untuk kepentingannya sendiri. Kerja sama antara orang dimaksudkan untuk melengkapi kekurangan individu. Jadi mesyarakat hanya salah satu sarana saja, sebagai tambahan dari luar untuk kehidupan individu. Individu melampaui masyarakat. Oleh karena itu di satu pihak individu mempunyai kebutuhan yang bermacam-macam, sedang di pihak lain ia merasa lemah dan terbatas dalam kemampuannya. Dengan dasar pertimbangan rasional para individu membentuk suatu “kongsi” atau “perkumpulan perseroan” atau badan kerja sama, yang disebut msyarakat atau negara. Spencer berkata: State is a joint-stock company for the mutual protection of individuals.
Lama sebelumnya Jean Jacques Rosseau sudah mengatakan bahwa lahirnya masyarakat berasal dari suatu “kontrak sosial” antara individu-individu bebas. Seandainya demikian, negara hanya bertujuan untuk melindungi dan melayani kepentingan individu. Kensekuensi lain adalah free fight Capitalism. Sama seperti apa yang diuraikan Adam Smith dalam buku An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, Spencer juga menentang setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi, seperti mengendalikan harga, memberi lisensi bersyarat, menetapkan upah minimum buruh, dan sebagainya. Menurut Spencer, semua badan pemerintah itu cenderung boros. Badan-badan itu menghamburkan hasil produksi rakyat. Mereka merupakan ancaman bagi suatu kemakmuran bersama. Itu sebabnya segala urusan ekonomi harus dipercayakan kepada rakyat saja. Orang-orang tidak perlu kuatir dengan asumsi bahwa tiap-tiap individu diransang oleh suatu naluri bawaan untuk mengusahakan perbaikan dalam nasibnya. Mengingat bahwa tiap-tiap individu merupakan pangkalan otonom yang memperjuangkan kepentingannya sendiri, dan kehidupan ekonomi berasal dari interaksi antara pangkalan-pangkalan itu, maka pemerintah tidak perlu berbuat lebih daripada melindungi kebebasan warga negara.

Dengan teori ini Spencer menjadi penyambung lidah antara zaman yang amat optimistis terhadap itikad baik individu. Kalau optimisme itu kita tempatkan dalam konteks  sejarah di waktu itu tentu saja masuk akal. Amerika Utara baru membuka gerbangnya dan memberi kemungkinan yang rupanya tak terbatas kepada ratusan ribu emigran Eropa tanpa diskriminasi agama atau keturunan. Justru waktu Eropa dirobek dan diceraikan oleh konflik dan peperangan antara aliran progesif dan aliran konservatif, dan badan-badan pemerintah menindak dan menindas baik golongan-golongan maupun individu-individu dengan berdalih pada ajaran-ajaran dogmatis-religius, banyak sekali emigran berpindah ke Dunia Baru dibawah panji “kebebasan”. Walaupun individualisme Spencer dapat dimengerti, namun pandangannya bertentangan dengan teori yang mendasari Sosiologinya. Mungkinkah kebebasan individu diselaraskan dengan teori evolusi masyarakat? Kalau dibenarkan bahwa masyarakat suatu organisme yang berevolusi dari keadaan serba sama kepada perubahan serba beda, maka anggotanya mempunyai fungsi untuk melayani dan menyelamatkan seluruh organismenya. Pandangan Sosiologi, yang memakai “organisme” atau “badan” sebagai bagan, mestinya melihat masyarakat sebagai tunggal dan bukan sebagai jamak. Jadi, Spencer telah menelan kembali ucapannya sendiri, atau menurut Gouthe dalam Faust: “dua jiwa tinggal bersama-sama dalam dadaku”. Pembelokan haluan ke arah individualisme dan atomisme dimulai dalam paragraf 221 bukunya Principles of Sosiology.

Demikianlah, mohon maaf jika gambaran ini tidak sesuai dengan harapan dan andaian para anggota milis. Saleum demokratis, saleh sjafei

No comments: