Monday, September 13, 2010

Kronologi Polemik Kualitas Lulusan Unsyiah via MILIS Jambo_Unsyiah


Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa
Sunday, September 5, 2010 12:31 PM
From:
"Mahyus Ihsan" <mahyus2002@yahoo.com>
To:
jambo_unsyiah@yahoogroups.com
 
Saya kira memang tidak bisa gegabah mengukur keberhasilan alumni hanya dari satu aspek serapan kerja, misalnya engineer infrastruktur pembangunan, tapi perlu dikaji dari segala aspek. Untuk itu, saya kira setiap prodi (tentunya harus ada komando dari atas, rektorat, dekanat dan kajur/kaprodi) perlu melakukan penelusuran alumni (alumni tracer) secara berkala untuk mengetahui sudah sejauh mana alumni Unsyiah berkiprah dalam mendapatkan pekerjaannya. Dari data yang nantinya diperoleh dapat diketahui seberapa besar persentase alumni yang sukses mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang ringkas, sedang dan lama.
Barangkali hal ini perlu mendapat perhatian agar Unsyiah tahu sebenarnya posisinya ada dimana. Jangan sampai Unsyiah sebagai lembaga pendidikan hanya "bertugas" untuk mencetak "calon pengangguran" yang kalah bersaing dengan lulusan universitas lain. Bila data membuktikan tidak sesuai harapan, barangkali perlu dilakukan pembenahan mutu secara radikal agar kualitas lulusan meningkat, minimal mampu bersaing lokal dan regional Sumatera.
Banyak faktor yang menyebabkan alumni susah mencari kerja, mulai dari minimnya industri yang ada di Aceh, secara geografis Aceh kurang diuntungkan untuk bersaing secara nasional (di ujung Indonesia), mutu yang rendah, proses akademik yang belum tertata dengan baik dan sebagainya.
Bila diperhatikan target yang ingin dicapai, baik pada visi-misi universitas/fakultas/jurusan untuk menjadikan sebagai pusat penelitian terkenal, universitas unggul ataupun ingin menjadi World Class University (WCU), kayaknya proses akademik dan penelitian harus diimbangi dalam arti bahwa proses akademik dan penelitian itu benar-benar menunjukkan bahwa Unsyiah ingin mencapai tujuannya (baca targetnya). Pada bidang penelitian, dosen yang cukup produktif pada saat sedang sekolah, sekembalinya menjadi dosen aktif di Unsyiah menjadi kurang produktif. Faktor input calon mahasiswa juga memberi kontribusi yang besar terhadap kualitas lulusan.
Wassalam,
Mahyus Ihsan
---------------------------------------



Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa
Sunday, September 5, 2010 9:27 PM
From: "saleh_sjafei@yahoo.com" <saleh_sjafei@yahoo.com>
To: "UNsyiah" <jambo_unsyiah@yahoogroups.com>
 
Dear all,

Terima kasih Pak Mahyus, tulisan anda patut dijadikan para anggota milis ini landasan untuk melakukan evaluasi (introspeksi diri) kelembagaan Unsyiah. Paling tidak, apakah ada perubahan dari tahun ke tahun berikutnya kinerja administrasi akademik universitas "jantong hate rakyat Aceh" ini..?

Tulisan Pak Mahyus saya ambil bagian ini "Jangan sampai Unsyiah sebagai lembaga pendidikan hanya "bertugas" untuk mencetak "calon pengangguran" yang kalah bersaing dengan lulusan universitas lain".

Berdasarkan pengalaman subjektif saya (subjective understanding as observation from within),agaknya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP-Unsyiah) akan (masuk ke dalam kategori) "mencetak calon2 pengangguran". Jika nanti sebagian lulusan fakultas ini diterima sebagai karyawan atau pegawai, boleh jadi, mereka bukan dengan landasan kompetisi kapasitas ilmunya, melainkan cenderung pada kemampuan "kolusi, korupsi, nepotisme (KKN)" dalam lingkup yang terbatas. Gambaran ini didasarkan pada ukuran kinerja fakultas tersebut (melalui prodi2 sosiologi, ilmu politik, ilmu komunikasi) tidak cukup relevan dengan analisis kebutuhan pasar Aceh yang bagaimana lulusan2 akan dibutuhkan. Ada beberapa FISIP lain di luar kampus Unsyiah pun menghasilkan lulusan yang sama, misalnya Unimal Lhokseumawe, yang lebih awal dari Unsyiah.

Gambaran ini dianggap penting untuk menggugah para pemimpin Unsyiah memberikan perhatian yang serius pada fakultas baru yang memprihatikan. Literatur dan kinerja pembelajaran yang telah berlangsung tiga tahun terakhir ini patut dilihat ukuran perubahannya ke arah lebih baik. Secara politis memang fakultas tersebut sudah berjasa, utamanya dalam pemilihan Rektor yang baru lalu, di mana tiga orang menjadi (anggota senat universitas) pemilih calon rektor pada waktu itu. Namun, sejauhmana secara (sosio-budaya) akademis hal itu seimbang?

Demikianlah untuk menjadi sekilas renungan dalam rangka peningkatan mutu lulusan Unsyiah ke depan. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dari komentar ini.

Salam ramadhan, saleh sjafei
-----------------------------------------



From: Taufiq Abdul Gani <topgan@cce.unsyiah.ac.id>
Sender: jambo_unsyiah@yahoogroups.com
Date: Mon, 06 Sep 2010 08:54:23 +0700
To: <jambo_unsyiah@yahoogroups.com>
ReplyTo: jambo_unsyiah@yahoogroups.com

Subject: Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa (FISIP Unsyiah)
Pak Saleh,  FISIP Unsyiah prodi-nya apa saja ?

Dalam beberapa kasus saya lihat Aceh kekurangan ahli Komunikasi.

Dari beberapa cerita yang saya dengar, Konsultan Komunikasi terutama sub-bidang Komunikasi Politik dan Pemerintahan saat ini lagi booming di Indonesia.
PILKADA Aceh yang lalu banyak yang meng-hired konsultan Jakarta. Memang hal ini diakibatkan oleh PILKADA dan Pemilihan Langsung yang di terapkan di daerah-daerah di Indonesia.
Kemampuan ilmu komunikasi tradisonal dengan analisa statistika+rancangan survey sangat diperlukan.

Bidang yang lainnya .. saya rasa sub-bidang broadcasting (alternative media) dimasa depan serapannya akan cukup bagus.
PTS-PTS  di jakarta terlihat banyak yang buka prodi D3 untuk broadcasting, peminat dan serapan lulusan cukup lumayan (cerita nya begitu).

Yang jangan dibuka sub-bidang Politek Cheut Gateuh Gob pak .. ha ha ha
-------------------------------
From: saleh_sjafei@yahoo.com
Sender: jambo_unsyiah@yahoogroups.com
Date: Mon, 6 Sep 2010 11:47:55 +0000
To: UNsyiah<jambo_unsyiah@yahoogroups.com>

Subject: Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa (FISIP Unsyiah)
 
Dear Pak Taufiq,

FISIP-Unsyiah terdiri dari 3 (tiga) Program Studi (prodi), yakni (1) Sosiologi; (2) Ilmu Politik; dan (3) Ilmu Komunikasi. Pembukaan atau pembentukan ketiga prodi tersebut dihasilkan berkat kerja keras Dr. Syarifuddin Hasyim, S.H.,M.H. (Doctor of Laws, Dekan FISIP sekarang) dan Ir. Jalaluddin (dosen FT) serta beberapa orang partnernya (dari FKIP, antara lain Julihar Mukmin, Magister Sosiologi, salah seorang yang diblacklist Dekan untuk mengajar di FISIP).

Pembukaan ketiga prodi tersebut mestinya didukung oleh at least (6) enam tenaga pengajar tetap yang memiliki bidang keilmuan yang paralel S1 S2-nya pada masing2 prodi. Namun, berkat kemampuan Dr. Syarifuddin meng-olah-kata dan data proposal pembentukan (embrio FISIP) ketiga prodi tersebut pun diterbitkan izin operasional oleh Dirjen Dikti tahun 2007 tanpa perlu dipenuhi jumlah seperti itu. Nah, sampai dengan sekarang FISIP kita baru memiliki (kalau saya tidak keliru) 6 (enam) orang dosen baru diangkat untuk ketiga prodi, dan hanya 1 (satu) orang yang mempunyai bidang ilmu (komunikasi) yang paralel.

Hampir semua tenaga pengajar di FISIP sekarang bukan dari latar-belakang fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (jadi, sulit memahami bagaimana manajemen FISIP itu). Apa pentingnya dosen ber-latar-belakang S1 sesuai dengan prodinya? Itu adalah untuk memungkinkan dosen yang bersangkutan memahami filosofi pembelajaran pada level pendidikan S1 di prodi masing2. Saya sendiri (S1 Ilmu Hukum, S2 S3 Sosiologi) tidak cukup paham filosofi mengapa misalnya mata-kuliah 'filsafat ilmu pengetahuan' itu mesti diajarkan pada semester awal? Itu hanya bisa dijelaskan dengan baik oleh mereka yang punya background S1 FISIP.

Berdasarkan gambaran di atas, saya yakin FISIP-Unsyiah tidak mungkin memenuhi syarat ("quality is never an accident. It is a result of planning, team work, and commitment to excellence") dalam 15 (lima belas: tiga generasi lulusan) tahunan ke depan. Itu karena landasan bangunan FISIP kita sangat rapuh secara administratif-akademis. FISIP kita lahir lebih banyak kaitannya dengan aspek2 sosial-politik, seumpama prodi2 itu sebagai tempat kita berkuasa dan memperoleh nafkah mumpung masih hidup bersama di Unsyiah.

Dengan demikian jawaban untuk Pak Taufiq adalah bahwa diperlukan usaha kerja extra keras untuk memungkinkan kita melahirkan lulusan yang sesuai dengan pasar kerja modern-rasional. Para dosen kita masih banyak terhambat dengan kompetisi (kejar jam tayang) mengajar secara manual, belum bisa handal secara modern seperti e-learning model, etc. Apalagi untuk berharap menjadi Konsultan (manajer) kampanye dan komunikasi politik? Belum dari sistem seleksi masuk perguruan tinggi kita yang mengandalkan input dari dalam masyarakat lokal, dan daerah pedalaman lagi.

Nah, dosa siapakah ini semua? Agaknya, tanpa punya niat selain demi pengembangan akademis saya dengan segala kerendahan hati mengarahkan tanggung jawab ini pada Rektor Unsyiah dan Senat Universitasnya. Keberanian Rektor membuka FISIP, menunjuk, dan mengangkat secara formal Dr. Syarifuddin sebagai Dekan definitif (bukan berdasarkan mekanisme pemilihan yang lazim) untuk masa kerja 4 (empat) tahun adalah suatu tindakan supra-substantif, luar-biasa menurut hemat saya.

Demikianlah gambaran responsif saya untuk Pak Taufiq A. Gani dan para warga milis jambo (ilmuan, peneliti, dan praktisi intelektual). Semoga ada manfaatnya dan mohon masukan serta tanggapan konstruktif lainnya.

Salam ta'zim saya yang masih banyak kelemahan dan kekhilafan dalam bertutur-kata via milis ini. Saleh Sjafei
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa (FISIP Unsyiah)
Monday, September 6, 2010 12:53 PM
From:
"ari" <ari_aceh@yahoo.com>
To:
jambo_unsyiah@yahoogroups.com
 
Salam Pak Saleh.
Mohon sangat, tetaplah menjadi tauladan bagi kami, terutama saya - jangkrik mini yang terlanjur terjerembab dalam setan berlingkar sederajat nuansa tirani yang Pak Saleh beritakan. De facto, 'sikon' serupa sudah menjadi selimut prestige kelembagaan ini. Kalau boleh sedikit berkesan, kejujuran Pak Saleh adalah expresi total kepedulian bahkan bukti setia Bapak atas cita-cita awal kelahiran Unsyiah. 

Ah... entah apa cuil yang mampu kuberdayakan bagi problematik sekompleks demikian.

Always Bismillah!
 
salam,

ari
----------------------------------------
Re: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa (FISIP Unsyiah)
Tuesday, September 7, 2010 2:12 AM
From:
"mawardiumar@yahoo.com" <mawardiumar@yahoo.com>
To:
jambo_unsyiah@yahoogroups.com
 
Dear Pak Saleh dan teman2,

Terima kasih Pak Saleh yang telah memberikan info mengenai kondisi FISIP sekarang dan proses lahirnya. Keberanian Pak Saleh sebagai orang dalam (FISIP) memberikan informasi yang tidak hanya dari aspek positif saja perlu mendapat penghargaan, dan info tersebut hendaknya minimal menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan FISIP ke depan untuk lebih baik, karena kita sebagai civitas akademika Unsyiah pasti semua berharap FISIP yang sudah berdiri untuk tetap exist.

Saya setuju dengan pendapat Pak Saleh bahwa syarat pertama yang harus dilihat saat pengangkatan dosen baru adalah background S1-nya harus sesuai dengan program studi tempat ia nanti bekerja, karena tugas utamanya nanti, di samping penelitian dan pengabdian adalah mengajar. Bisa dibayangkan bagaimana ia mengajar kalau dia sendiri tidak pernah mendapat mata kuliah itu. Kalau mengajar hanya memindahkan yang ada di literature ke ruang kelas mungkin bisa, tetapi esensi atau (istilah Pak Saleh, falsafah) dari kuliah itu tidak akan dapat. Bekal S2 atau S3 sekalipun tidak cukup, karena di sana fokusnya lebih kepada riset dan metodologi, sedangkan kajian keilmuan lebih banyak di S1. Yang terbaik tentunya yang linier antara S1 dan S2 atau S3.
Kalau kesulitan memperoleh calon (seperti yang dihadapi Prodi Pend. Sejarah saat ini), saya kira pimpinan perlu memikirkan untuk memfalitasi lulusan atau mahasiswa tingkat akhir terbaik, baik yang sedang belajar pada prodi yang ada di Unsyiah atau di luar Unsyiah, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 yang linier (syarat dosen) baik ke dalam maupun luar negeri, dengan kontrak harus kembali ke Unsyiah. Dengan demikian kita akan memperoleh calon dosen sebagaimana kebutuhan prodi.
Sekian saja dulu, dan mohon maaf kalau ada kata2 yang tidak pada tempatnya.

Salam,

Mawardi Umar
Prodi Pendidikan Sejarah
FKIP Unsyiah
----------------------------------------

Trs: Trs: Bls: Bls: [jambo_unsyiah] dosa siapa (FISIP Unsyiah)
Wednesday, September 8, 2010 1:28 AM
From:
"TM.Jamil Tm" <tm.jamilta@yahoo.co.id>
To:
saleh_sjafei@yahoo.com
Cc:
jambo_unsyiah@yahoogroups.com

Salam Perjuangan Untukmu, Sobatku!
Awal Bismillah, saya ucapkan semoga niat baik kita untuk tugas mulia selalu dalam maghfirahnya...Amin.

Pak Saleh Yth, sebagai seorang sahabat, saya telah cukup kenal dan pahami pola pikir Pak Saleh, maka ketika Email ini saya terima, hati dan nurani saya sebagai "insan kampus yang lemah", sebagai "jangkrik" kecil (meminjam istilah sobatku Ari), Sejujurnya saya akui sebagai insan yang "kaya kekurangan", dan "miskin kelebihan", saya hanya bisa berdo'a, semoga apa yang Pak Saleh ungkapkan  itu jangan sampai mewabah ke lembaga lain, tentunya yang tidak baik dalam perspektif akademik yang santun. Pak Saleh, seharusnya kita berbangga dan bahagia karena kita telah memiliki sebuah fakultas yang dapat mendidik putra-putri bangsa Aceh untuk mampu berpikir-analitis yang filosofis dalam bidang ilmu sosial,politik dan budaya komunikatif yang cerdas, namun pada sisi lain, kita harus berduka, ketika lembaga akademik menjadi ajang "transaksi bagi-bagi rezeki" untuk bisa terlibat dalam proses belajar mengajar (baca ; meskipun bukan bidang keahliannya) dengan menggadaikan idealisme akademik yang seharusnya menghargai profesional. Tapi, sudahlah...... mungkin itulah dunia akademik kita, Pak Saleh. Dengan tidak bermaksud mengungkit2 masa lalu dan ingin dihargai, apalagi minta dihormati, saya sebagai salah seorang (baca; masa kepemimpinan Rektor Alm Prof Ali Basyah Amin) meminta kami, pada waktu itu, saya ingat betul, Mahaguru kita Prof, Bahrein Sugihen, Prof. H.Abidin Hasyim,Prof.Darwis A. Sulaiman,MA, Alm Dr. M.Isa Sulaiman, dan beberapa orang lagi yang tidak populer seperti saya, diminta untuk menulis sebuah Proposal persiapan Membuka FISIP di Unsyiah, namun kami belum berhasil melahirkan fakultas itu,tapi kami telah mengajukan ke Dikti pada waktu itu. Seiring dengan berjalan waktu, fakultas itu hadir di masa kepemimpinan Rektor Bapak Prof. Dr. Darni M.Daud MA, sebuah prestasi yang pantas kita hargai sebagai bentuk pengakuan kita pada usaha dan kerja keras, guru dan sahabat kita tersebut. Apa makna ini semua?
Saya ingin katakan, bahwa melahirkan sebuah fakultas bukanlah akhir dari sebuah perjuangan yang panjang. Bagi saya, pembinaan yang serius dan sungguh-sungguh jauh lebih urgent daripada hanya menghadirkannya. Pertanyaan saya, kemana dan dimanakah Mahaguru kita dulu yang ikut membidaninya? Oke dech, mungkin mereka purnatugas, tapi apakah "pemikirannya"  untuk pengembangan FISIP Unsyiah, harus kita abaikan? Semoga kita tidak termasuk dalam kelompok yang durhaka pada guru. Amin...

Pak Saleh Yml, sebetulnya saya agak malu dan "minder" untuk ikut nimbung dalam diskusi ini, karena saya bukan siapa2, dan tidak juga penting bagi siapapun, lebih2 lagi saya bukanlah orang penting yang pantas untuk berkontribusi dalam masalah ini. Sebagai anak manusia yang HANYA berpendidikan S1 cuma belajar sedikit saja ilmu ekonomi, S2 Magister Ilmu Sosial, konsentrasi Antropologi Politik, dan S3 Doktor Ilmu Sosial, konsentrasi Ilmu Politik, tentu saja saya sangat tidak mampu untuk memahami apa yang sedang dan akan berlangsung di lembaga dimana Pak Saleh salah seorang "pejabat" strukturalnya. Ha.ha....


Sebagai seorang sahabat, hanya ingin menitipkan pesan, berbuatlah yang Bapak tahu, dan janganlah berbuat apa yang Bapak Suka. Berusahalah untuk mewarnai, karena Pak Saleh juga sebuah "warna". Jika Bapak belum mampu mewarnai, janganlah diri Pak Saleh yang saya kenal, berubah warna. ha.ha....Saya lebih suka Es Krim, karena satu warna, dan saya tidak suka Es Campur, karena itu warna kepalsuan. Semoga Pak Saleh, tetap menjadi Pak Saleh yang saya kenal. Selamat Berjuang sobat untuk kejujuran, doa, pikiran dan tenagaku menyertaimu.....,,Amin.

Salam,

TM.Jamil TA
 

No comments: